Jika diijinkan membawa satu benda kesayangan ke alam baka, apa pilihanmu?
Namanya saja “jika”, artinya kita boleh berandai-andai. Karena di agama saya memang tidak diperkenankan membawa benda apapun ke dalam kubur. Tapi bagi penduduk Desa Trunyan atau di beberapa agama lain hal ini sudah lumrah. Nah, selain benda-benda kesayangan yang dibawa ke ke peristirahatan terakhir penduduk Trunyan, hal menarik lainnya dari Desa Trunyan adalah cara pemakaman penduduknya yang tidak biasa kalo tidak bisa dibilang seram unik.
Desa Trunyan merupakan salahsatu desa tertua di Bali berlokasi di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Propinsi Bali. Desa Trunyan dikenal dengan wisata mistisnya karena di Desa ini terdapat 1 tempat khusus untuk pemakaman penduduk asli Trunyan dengan cara “diletakkan” dibawah Pohon Trunyan. Walaupun masih ditutupi semacam bambu, tetapi jenazah hanya ditutupi kain (tidak dikubur) dan akan dibiarkan hingga tersisa tengkorak dan tulang-belulangnya saja. Dan ajaibnya, tidak tercium bau apapun walau ada mayat bergelimpangan (secara harfiah ya ini :(), bahkan cenderung wangi. Hmmm, beneran mistis ya vibesnya :p
Ngeri tapi penasaran, saya memutuskan untuk mengunjungi Trunyan beberapa waktu lalu. Layaknya kodrat manusia banget ga si ini, udah tau ada sesuatu yang belum jelas atau sekiranya membahayakan, malah disamperin sekalian 😦 Contoh lainnya, udah tau takut hantu, tapi pingin nonton film horror ngajakin orang sekampung. Atau dulu ada bom di ibukota, netizen malah kepo pingin liat sambil makan kacang rebus yang abangnya siaga deket TKP. Heu heuu seru yak.
Pohon Trunyan
Kembali ke Trunyan, jadi setelah sampai disana, saya mendapat penjelasan dari tour guide setempat mengenai Desa Trunyan dan tradisi atau adat istiadat mereka yang sangat unik ini. Adapun tidak terciumnya bau mayat atau jenazah di pemakaman ini karena adanya sebuah pohon yang sangat besar di pemakaman tersebut yang disebut Taru Menyan, Taru = Pohon, Menyan = Harum. Yak, pohonnya cuma 1 dengan batang yang sangat besar dan daun yang sangat rimbun. Dipercaya, akar dari pohon ini yang membuat mayat tidak berbau.
Jika dilihat, luas pemakaman Trunyan tidak terlalu besar seperti pada umumnya. Tetapi entah mengapa, ribuan jenazah yang sudah “diletakkan” disana tidak membuat makam tersebut menjadi penuh. Tour Guide menyampaikan, tidak semua penduduk Trunyan yang dapat dimakamkan disana, hanya penduduk yang meninggal dengan cara wajar. Sedangkan untuk warga yang meninggal karena kecelakaan atau bunuh diri ada tempat tersendiri. Terakhir, ketika saya datang ada sekitar 9-11 jenazah yang belum lama “diletakkan” dalam 1 “batch”. Beberapa diantaranya masih menampakkan kulit yang cukup segar membuat saya takut untuk mengintip, tapi tetap saya lakukan. Dasar Manusiaaaaaaaa 😦
Benda Kesayangan
Ada hal yang mengganggu saya ketika sampai dimakam. Yaitu banyaknya benda-benda yang berserakan di tanah. Hingga saking gatalnya mulut ini lancang bertanya kepada Tour Guide, “Bli, kenapa ya di makam ini banyak sampah?” Ketika akhirnya dijawab, seketika itu juga saya menyesal sudah bertanya. Astagaaa mulut ini bisa gak sii jangan banyak cinconggg 😦 😦 Jadi, benda-benda berserakan yang saya kira sampah ternyata adalah benda-benda kesayangan dari jenanzah-jenazah yang dimakamkan disana 😦
Tapi, kalo mau membela diri, rasanya wajar jika saya mengira begitu. Karena yang saya lihat diantara benda-benda itu mulai dari botol handbody, sisir, sampo, piring, dan berbagai benda keseharian lainnya. Yang tidak salah juga jika itu dikategorikan benda kesayangan semasa jenazah hidup. Karena kita semua pasti punya benda kesayangan masing-masing kan?
Namun setelahnya, tak henti-henti saya meminta maaf pada Tour Guide saya dan juga dalam hati sambil komat kamit berkali-kali :(. Dalam hati saya berjanji lain kali lebih berhati-hati apalagi saat mengunjungi tempat-tempat sakral seperti ini. Nahh, walau begitu, hal ini kembali membawa saya pada pertanyaan saya di awal, Jika diijinkan membawa satu benda kesayangan ke alam baka, apa pilihanmu? Hmmm, rasanya saya akan membawa handphone saya saja. Bukankah di jaman sekarang, di dunia fana saja lebih baik tidak bawa dompet daripada tidak bawa handphone ? Kalo kamu? Jangan bilang poster BTS :(, walau gapapa juga si, siapa tau bisa bantuin bayar tagihan yang masih tertinggal, di Tokopedia :p
Well, setelah keunikannya, saya akan membahas akses menuju Desa Trunyan di Part 2 !



