Bersemayam di Trunyan (Part 2)

Menembus kabut, membelah danau, merogoh kocek untuk menumpas rasa penasaran, dan sepadan

Desa Trunyan berlokasi di Kecamatan Kintamani, tepatnya di tepi Danau Batur. Terdapat 2 jalur menuju Desa Trunyan. 1 via darat dengan jalan memutar, 1 lagi dengan menyeberangi Danau Batur naik perahu. Saya pilih opsi kedua, karena dari beberapa rekomendasi umumnya untuk ke Desa Trunyan memang dengan menyeberang. Lagipula, kayaknya seru gitu membelah Danau Batur yang sangat indah dengan arus yang tenang dan agak berkabut karena cuaca di sekitar danau sangat sejuk bahkan cenderung dingin. Mungkin karena posisi Danau Batur yang terletak disekitar Gunung Batur yang masih aktif.

Perjalanan dimulai dengan menyewa perahu dari Dermaga Kedisan bertarif 900 ribu rupiah untuk pulang-pergi ke Desa Trunyan. Yakkk, 900 ribu! lumayan banget heu heuu. Sebaiknya memang bisa patungan dengan beberapa wisatawan lain agar biaya sewa perahunya bisa dishare. Harga ini sudah termasuk dengan tour guide yang akan memandu kamu ke Desa Trunyan terlebih dahulu dan setelah itu mengantar ke makamnya. Perjalanan menyeberangi Danau sekitar 30 menit dengan perairan yang tenang (beda banget kalo nyebrang di laut yaaakk :().

Pertama-tama, tour guide mengantar saya ke Desa Trunyan, dimana tinggal para penduduk asli Desa Trunyan. Saat saya melintas untuk melihat-lihat, terdapat Sekolah Dasar disini. Sedangkan untuk tingkatan lainnya mungkin harus bersekolah di desa tetangga.

Menyeberangi Danau Batur

Di Desa saya harus mengisi daftar tamu dan memberi biaya masuk seikhlasnya yang saya kira sudah termasuk dengan paket sewa perahu tadi.

Kemudian setelah berkeliling di Desa, baru kami menuju Terunyan Cemetery yang ternyata harus dijangkau dengan naik perahu karena letaknya bukan di Desa tetapi tersendiri. Sekitar 5 menit, kami sudah tiba di lokasi. Ada semacam dermaga kecil di pintu masuk makam untuk menambatkan perahu. Nah, kisah pengalaman saya di Makam Trunyan ini boleh dibaca di Part 1 nya yaaaaaaa https://wordpress.com/post/pelanglangbuana.id/29

Penampakan dari luar memang makam ini terlihat mistis banget yak, pas udah di dalemnya juga si, hehe. Tapi tour guide saya bener-bener memperhatikan tamu-nya sehingga perasaan was-was bisa diatasi. Yang paling penting memang kita tetap menjaga kesopanan dimana pun kita berada, apalagi ditempat sakral dan penuh tradisi seperti ini. Seperti sebuah pepatah lama,

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung

Sooo, buat kamu yang suka ke Bali, bolela cari alternatif wisata selain pantai, pantai, dan pantai. Mempelajari tradisi di Desa Trunyan dan sekitar Kintamani bisa jadi opsi. Atau sekadar berlibur di tepi Danau Batur, pemandangannya menawan, dan sepadan.